Perilaku
Etika Dalam Bisnis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Perilaku etis yang telah berkembang dalam perusahaan
menimbulkan situasi saling percaya antara perusahaan dan stakeholder,yang
memungkinkan perusahaan meningkatkan keuntungan jangka panjang. Perilaku paling
etis akan mencegah pelanggan, pegawai dan pemasok bertindak oportunis, serta
tumbuhnya saling percaya.
Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap
kegiatan dan perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran untuk
menjalankan suatu bisnis.Kebenaran disini yang dimaksud adalah etika standar
yang secara umum dapat diterima dan diakui prinsip-prinsipnya baik oleh
masyarakat, perusahan dan individu. Perusahan meyakini prinsip bisnis yang baik
adalah bisnis yang beretika. Yakni bisnis dengan kinerja unggul dan
kesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan
dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Etika
bisnis merupakan suatu rangkaian prinsip/aturan/norma yang harus diikuti
apabila menjalankan bisnis. Etika sebagai norma dalam suatu kelompok
bisnis akan dapat menjadi pengingat anggota bisnis satu dengan lainnya mengenai
suatu tindakan yang terpuji yang selalu harus dipatuhi dan dilaksanakan. Etika
didalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam
lingkungan bisnis yang terkait tersebut.
Profesi akuntan public bisa dikatakan sebagai salah satu
kunci menuju jaman globalisasi untuk mewujudkan suatu transparasi bisnis yang
maju. Oleh karena itu kesiapan yang menyangkut profesionalisme masyarakat tiga
hal utama yang harus dipunyai oleh setiap anggota profesi yaitu kehalian,
berpengetahuan dan berkarakter. Karakter menunjukkan personality seorang
professional yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya.
Sikap dan tindakan etis akuntan public akan sangat menentukan posisinya di
masyarakat pemakai jasa profesinya. Profesi juga dapat di rumuskan sebagai
pekerjaan yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah hidup dengan mengandalkan
keahlian dan keterampilan yang tinggi serta dengan melibatkan komitmen pribadi
yang bermoral. Untuk menegakkan akuntansi sebagai sebuah profesi yang maju,
dibutuhkan etika profesi dalam mengatur kegiatan profesinya. Etika profesi itu
sendiri, dalam kerangka etika merupakan bagian dari etika sosial. Karena etika
profesi menyangkut etika sosial, berarti profesi dalam kegiatannya pasti
berhubungan dengan orang atau pihak lain. Dalam menjaga hubungan baik dengan
pihak lain tersebut akuntan haruslah dapat menjaga kepercayaan public.
Bisnis dapat dilihat sekurang-kurangnya dari 3 sudut
pandang berbeda, antara lain yaitu sudut pandang ekonomis, sudut pandang hukum,
dan sudut pandang etika. Dilihat dari sudut pandang ekonomis, bisniss adalah
kegiatan ekonomis. Hal yang terjadi dalam kegiatan lainnya yang bertujuan untuk
mencapai keuntungan. Namun, perlu diingat pencarian keuntungan dalam kegiatan
berbisnis tidak hanya sepihak, tetapi diadakan dalam interaksi/ pada
kenyataannya, banyak pelaku bisnis di Indonesia tidak memikirkan tentang hal
tersebut. Mereka lebih cenderung untukmencari keuntungan sebanyak-banyaknya
tanpa memikirkan kerugian pihak lain. Dengan tidak mengindahkan peranan sentral
dari sudut pandang ekonomis, perlu perlu ditambahkan juga sudut pandang etika
dan moral. Dalam kegiatan berbisnis, manajer keuntungan adalah hal yang wajar,
namun dalam mencapai keuntungan tersebut tidak merugikan banyak pihak.
Kepentinga dan hak-hak orang lain perlu diperhatikan. Perilaku etis dalam
kegiatan berbisnis adalah suatu yang penting demi kelangsungan hidup bisnis itu
sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika
dilihat dari prespektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang
menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut
menguntungkan juga bisnis yang secara moral. Perilaku yang baik dalam konteks
bisnis, merupakan perilaku yanag sesuai dengan nilai-nilai moral. Dalam makalah
inimembahas mengenai bagaimana seharusnya perilaku etika dalam berbisnis.
Menjelaskan pula mengenai lingkungan bisnis yang mempengaruhi perilaku etika, saling
ketergantunga antara bisnis dan masayrakat, kepedulian antara perilaku terhadap
perilaku etika dalam berbisnis, serta tujuan dan prinsip etika bisnis itu
sendiri.
Rumusan
Masalah
1) Pengertian etika bisnis ?
2) Bagaimana lingkungan bisnis mempengaruhi perilaku etika ?
3) Bagaimana kepedulian kepedulian perilaku bisnis terhadap etika?
4) Bagaimana ketergantungan antara bisnis dan masyarakat ?
Batasan
Masalah
Makalah
ini dibatasi karena hanya mengacu pada beberapa lingkup tentang perilaku etika
dalam bisnis yang, Dibahas dalam rangka pembuatan tugas softskil, dengan
mengggunakan beberapa aspek seperti pengertian etika bisnis, lingkungan bisnis
mempengaruhi perilaku etika, kepedulian perilaku bisnis terhadap etika, dan
ketergantungan bisnis terhadap masyarakat serta untuk mengetahui beberapa
tujuan dan prinsip-prinsip perilaku etika dalam bisnis yaitu perkembangan dalam
etika bisnis, fajtor yang berpengaruh
terhadap perilaku etika dalam bisnis, etika bisnis dan akuntansi, pengertian
etika bisnis, dan prinsip etika bisnis.
Tujuan
Masalah
2) Mengetahui lingkungan bisnis yang mempengaruhi perilaku etika
3) Mengetahui kepedulian perilaku bisnis terhadap etika
4) Mengetahui saling ketergantungan antara bisnis dengan masyarakat
5) Mengetahui prinsip etika bisnis
6) Mengetahui perkembangan dalam etika bisnis
7) Mengetahui faktor yang berpengaruh tehadap perilaku etika dalam bisnis
8) Mengetahui etika bisnis dan akuntansi
9) Mengetahui
faktor yang mempengaruhi perilaku etika
Manfat
Makalah
a) Sebagai
contoh makalah agar membantu mahasiswa dan oranglain yang ingin membuat makalah
yang sejenis.
b) Dapat
menunjang untuk proses belajar perilaku etika dalam bisnis bagi mahasiswa atau
masyarakat lainnya.
a) Sebagai
bahan pertimbangan dalam penganbilan keputusan agar perilaku etika dalam bisnis
berjalan dengan lancar dan baik untuk kedepannya.
b) Dapat
mengambil tindakan yang benar dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya
perilaku etika dalam bisnis yang menyimpang dari prinsip yang sudah ada.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Etik Bisnis
Etika bisnis merupakan suatu rangkaian
prinsip/aturan/norma yang harus diikuti apabila menjalankan bisnis. Etika
sebagai norma dalam suatu kelompok bisnis akan dapat menjadi pengingat anggota
bisnis satu dengan lainnya mengenai suatu tindakan yang terpuji yang selalu
harus dipatuhi dan dilaksanakan. Etika didalam bisnis sudah tentu harus
disepakati oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan bisnis yang terkait
tersebut.
2.1.2 Lingkungan Bisnis
Mempengaruhi Etika
Lingkungan Bisnis yang Mempengaruhi Perilaku Etika Banyak
perusahaan yang kurang sukses dalam berusaha dikarenakan kurang jujur terhadap
konsumen dan tidak menjaga atau memelihara kepercayaan yang telah diberikan
oleh konsumen. Dalam hal ini peran manajer sangat penting dalam mengambil
keputusan-keputusan bisnis secara etis. Terdapat beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap perilaku etika dalam bisnis yang nampak pada ilustrasi
beriku:
Pekerjaan
kode etik diperlukan untuk hal seperti berikut ulasan yang akan disampaikan:
a) Untuk
menjaga keselarasan dan konsistensi antara gaya manajemen strategis dan
kebijakan dalam pengembangan usaha di satu pabrik dengan pengembangan sosial
ekonomi dipihak lain
b) Untuk
menciptakan iklim usaha yang bergairah dan suasana persaingan yang sehat.
c) Untuk
mewujudkan integritas perusahaan terhadap lingkungan, masyarakat dan
pemerintah.
d) Untuk
menciptakan keterangan, kenyamanan dan keamanan batin bagi perusahaan/investor
serta bagi para karyawan.
e) Untuk
dapat mengangkat harkat perusahaan nasional di dunia perdagangan internasional.
2.1.3
Kepedulian Perilaku BIsnis Etika
Etika
bisnis dalam suatu perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu
untuk membentuk suatu bisnis yang kokoh dan kuat dan mempunyai daya saing yang
tinggi serta mempunyai kemampuan untuk menciptakan nilai yang tinggi. Perilaku
etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan
hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu
sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik
bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain
bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral.
Tolak
ukur dalam etika bisnis adalah standar moral. Seorang pengusaha yang beretika
selalu mempertimbangkan standar moral dalam mengambil keputusan, apakah keputusan
ini dinilai baik atau buruk oleh masyarakat, apakah keputusan ini berdampak
baik atau buruk bagi orang lain, atau apakah keputusan ini melanggar hukum.
Dalam
menciptakan etika bisnis perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain
pengendalian diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi, pengembangan tanggung jawab sosial,
mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat,
menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan, mampu menyatakan hal
yang benar, Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan
golongan pengusaha kebawah, Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang
telah disepakati bersama dan lain sebagainya.
Bisnis
melibatkan hubungan ekonomi dengan banyak kelompok orang yang dikenal sebagai
stakeholders, yaitu pelanggan, tenaga kerja, stockholders,
suppliers, pesaing, pemerintah dan komunitas. Oleh karena itu para
pebisnis harus mempertimbangkan semua bagian dari stakeholders dan bukan hanya
stockholdernya saja. Pelanggan, penyalur, pesaing, tenaga kerja dan bahkan
pemegang saham adalah pihak yang sering berperan untuk keberhasilan dalam
berbisnis.
Lingkungan bisnis yang mempengaruhi perilaku
etika adalah lingkungan makro dan lingkungan mikro. Sebagai
bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada
masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu
membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu
antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam
hubungan langsung maupun tidak langsung. Dengan memetakan pola hubungan dalam
bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud
dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif.
Etika
bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul dari
dalam perusahaan itu sendiri. Bisnis selalu berhubungan dengan
masalah-masalah etis dalam melakukan kegiatan sehari-hari. bisnis dengan
masyarakat umum juga memiliki etika pergaulan yaitu etika pergaulan bisnis.Etika pergaulan bisnis dapat meliputi
beberapa hal antara lain adalah.
a. Hubungan
antara bisnis dengan langganan / konsumen
Hubungan antara bisnis dengan langgananya adalah
hubungan yang paling banyak dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga
etika pergaulanya secara baik. Adapun pergaulannya dengan langganan ini dapat
disebut bebrapa yang dikeluhkan seperti, kemasan yang berbeda-beda membuat
konsumen sulit untuk membedakan atau mengadakan perbandingan harga terhadap
produknya.Bungkus atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi
didalamnya,Pemberian servis dan terutama garansi adalah merupakan tindakan yang
sangat etis bagi suatu bisnis.
b. Hubungan dengan
karyawan
Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan
untuk memajukan bisnisnya sering kali harus berurusan dengan etika pergaulan
dengan karyawannya. Pergaulan bisnis dengan karyawan ini meliputi beberapa hal
yaitu: Penarikan, Latihan, Promosi atau kenaikan pangkat, Tranfer, penurunan
pangkat maupun lay-off atau pemecatan / PHK (pemutusan hubungan kerja).
c. Hubungan
antar bisnis
Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan
yang satu dengan perusahan yang lain. Hal ini bisa terjadi hubungan antara
perusahaan dengan para pesaing, grosir, pengecer, agen tunggal maupun
distributor.
d. Hubungan dengan
Investor
Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan
terutama yang akan atau telah “go publik” harus menjaga pemberian informasi
yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada para insvestor atau calon
investornya. prospek perusahan yang go public tersebut. Jangan sampai
terjadi adanya manipulasi atau penipuan terhadap informasi terhadap hal ini.
e. Hubungan dengan
Lembaga-Lembaga Keuangan
Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama
pajak pada umumnya merupakan hubungan pergaulan yang bersifat finansial.
2.1.5 Prinsip Etika Bisnis
Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh
perusahaan untuk mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki
standar baku yang mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral
sebagai standar kerja atau operasi perusahaan.
a) Prinsip Otonomi
adalah prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki
wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan
misi yang dimilikinya. Kebijakan yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk
pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran dan
kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.
b) Prinsip Kejujuran
adalah prinsip kejujuran meliputi pemenuhan syarat- syarat perjanjian atau
kontrak, mutu barang atau jasa yang ditawarkan, dan hubungan kerja dalam
perusahaan. Prinsip ini paling problematik karena masih banyak pelaku bisnis
melakukan penipuan.
c) Prinsip Tidak
Berniat Jahat merupakan prinsip ini ada hubungan erat dengan prinsip kejujuran.
Penerapan prinsip kejujuran yang ketat akan mampu meredam niat jahat perusahaan
itu.
d) Prinsip Keadilan
adalah perusahaan harus bersikap adil kepada pihak- pihak yang terkait dengan
sistem bisnis. Contohnya, upah yang adil kepada karywan sesuai kontribusinya,
pelayanan yang sama kepada konsumen, dan lain-lain.
e) Prinsip Hormat Pada
Diri Sendiri merupakan prinsip yang mengarahkan agar kita memperlakukan
seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan dan tidak akan memperlakukan
orang lain sebagaimana kita tidak ingin diperlakukan. Selain prinsip, ada juga
terdapat beberapa nilai – nilai etika bisnis yaitu
a) Kejujuran
b) Keadilan
c) Rendah Hati
d) Simpatik
e) Kecerdasan
2.1.6 Perkembangan dalam Etika Bisnis
Kegiatan
perdagangan atau bisnis tidak pernah luput dari sorotan etika. Perhatian etika
untuk bisnis dapat dikatakan seumur dengan bisnis itu sendiri. Perbuatan menipu
dalam bisnis, mengurangi timbangan atau takaran, berbohong merupakan
contoh-contoh kongkrit adanya hubungan antara etika dan bisnis. Namun demikian
bila menyimak etika bisnis seperti dikaji dan dipraktekan sekarang, tidak bisa
disangkal bahwa terdapat fenomena baru dimana etika bisnis mendapat perhatian
yang besar dan intensif sampai menjadi status sebagai bidang kajian ilmiah yang
berdiri sendiri.
Etika bisnis menjadi fenomena global pada tahun 1990-an,
etika bisnis telah menjadi fenomena global dan telah bersifat nasional,
internasional dan global seperti bisnis itu sendiri. Etika bisnis telah hadir
di Amerika Latin , ASIA, Eropa Timur dan kawasan dunia lainnya. Di Jepang yang
aktif melakukan kajian etika bisnis adalah institute of moralogy pada
universitas Reitaku di Kashiwa-Shi. Di india etika bisnis dipraktekan oleh
manajemen center of human values yang didirikan oleh dewan direksi dari indian
institute of manajemen di Kalkutta tahun 1992. Di indonesia sendiri pada beberape
perguruan tinggi terutama pada program pascasarjana telah diajarkan mata kuliah
etika isnis. Selain itu bermunculan pula organisasi-organisasi yang melakukan
pengkajian khusus tentang etika bisnis misalnya lembaga studi dan pengembangan
etika usaha indonesia (LSPEU Indonesia) di Jakarta.
2.1.7 Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Perilaku Etika Dalam Bisnis
1. Budaya Organisasi
Budaya organisasi mencangkup
sikap manajemen terhadap karyawan, pemberdayaan yang diberikan kepada
karyawan. Kata-kata positif yang di ucapkan manajer dapat membantu karyawan
menjadi lebih produktif dan bahagia, sedangkan kata-kata negatif dapat
menyebabkan ketidak puasan karyawan, absen dan bahkan perbuatan penyimpangan
lainnya.
- Ekonomi Lokal
Jika karyawan mendapatkan pekerjaan
yang banyak dan pendapatan besar maka mereka akan merasa bahagia sehingga
semakin meningkatkan kinerja mereka, sedangkan jika tinggat pengangguran
meningkat maka akan timbul rasa kecemasa dalam diri karyawan sehingga bisa
mengganggu kualitas kinerja mereka bahkan sampai penyimpangan penilaian.
- Reputasi Perusahaan dalam Komunitas
Jika sebuah perusahaan dipandang
berprospek bagus dengan menghasilkan goodwill yang banyak maka perilaku
karyawan akan seperti itu karena mereka menjadi harapan dari pemasok dan
pelanggannya. Sedangkan perusahaan yang dinilai melakukan kecurangan, kemungkinan
perilaku karyawannya dianggap seperti itu juga.
- Persaingan di Industri
Dalam industri yang stabil di mana
menarik pelanggan baru tidak masalah, karyawan tidak termotivasi untuk
meletakkan etika internal mereka menyisihkan untuk mengejar uang.
2.1.8 Etika
Bisnis dan Akuntansi
Dalam
menjalankan profesinya seorang akuntan di Indonesia diatur oleh suatu kode etik
profesi dengan nama kode etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik Ikatan
Akuntan Indonesia merupakan tatanan etika dan prinsip moral yang memberikan
pedoman kepada akuntan untuk berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi
dan juga dengan masyarakat. Selain dengan kode etik akuntan juga merupakan alat
atau sarana untuk klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat pada umumnya,
tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikannya karena melalui serangkaian
pertimbangan etika sebagaimana yang diatur dalam kode etik profesi. Akuntansi
sebagai profesi memiliki kewajiban untuk mengabaikan kepentingan pribadi dan
mengikuti etika profesi yang telah ditetapkan. Kewajiban akuntan sebagai
profesional mempunyai tiga kewajiban yaitu; kompetensi, objektif dan
mengutamakan integritas. Kasus enron, xerok, merck, vivendi universal dan
bebarapa kasus serupa lainnya telah membuktikan bahwa etika sangat diperlukan
dalam bisnis. Tanpa etika di dalam bisnis, maka perdaganan tidak akan berfungsi
dengan baik. Kita harus mengakui bahwa akuntansi adalah bisnis, dan tanggung
jawab utama dari bisnis adalah memaksimalkan keuntungan atau nilai shareholder.
Tetapi kalau hal ini dilakukan tanpa memperhatikan etika, maka hasilnya sangat
merugikan. Banyak orang yang menjalankan bisnis tetapi tetap berpandangan
bahwa, bisnis tidak memerlukan etika.
Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-masing
untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping
itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main
curang atau memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut. Walau
keuntungan yang diperoleh merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi
penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah
etika bisnis yang "etik".
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan
hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan
lebih kompleks lagi.
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha
menciptakan etika bisnis. Namun demikian bukan berarti etika bisnis anti
perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus
dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak
kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.
4.
Menciptakan Persaingan yang Sehat
Persaingan
dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi
persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat
jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah,
sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread
effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan
perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
5.
Menerapkan Konsep “Pembangunan
Berkelanjutan”
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang,
tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin
tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan
segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang
mencemarkan nama bangsa dan negara.
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan
"katabelece" dari "koneksi" serta melakukan
"kongkalikong" dengan data yang salah.
Juga jangan memaksa diri untuk
mengadakan “kolusi" serta memberikan "komisi" kepada pihak yang
terkait.
Untuk
menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada sikap saling
percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah,
sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang
sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak
golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak
menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis.
Semua
konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila
setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa?
Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada
"oknum", baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk
melakukan "kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep
etika bisnis itu akan "gugur" satu demi satu.
Memelihara
kesepakatan atau menumbuh kembangkan Kesadaran dan rasa Memiliki terhadap apa yang
telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis. Jika etika
ini telah dimiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan
kenyamanan dalam berbisnis.
Perlunya
sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi
Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari
etika bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhadap pengusaha lema
2.1.9 Faktor yang mempengaruhi
Perilaku Etika
1.
Perbedaan Budaya.
Perilaku bisnis orang Indonesia
tentu saja berbeda dengan Negara lain. Hal yang sama, daerah atau kota tertentu
berbeda perilaku bisnisnya dengan daerah lain.
2.
Pengetahuan
Semakin banyak hal yang diketahui
dan semakin baik seseorang memahami suatu situasi, semakin baik pula
kesempatannya dalam membuat keputusan-keputusan yang etis. Ketidaktahuan
bukanlah alasan yang dapat diterima dalam pandangan hukum, termasuk masalah
etika.
3.
Perilaku Organisasi
Dasar etika bisnis adalah bersifat
kesadaran etis dan meliputi standar-standar perilaku. Banyak organisasi
menyadari betul perlunya menetapkan peraturan-peraturan perusahaan terkait
perilaku dan menyediakan tenaga pelatih untuk memperkenalkan dan memberi
pemahaman tentang permasalahan etika.
Ada beberapa factor lain yang
mempengaruhi Perilaku etika bisnis, yaitu:
a)
Physical b) Kualitas air dan udara, keamanan
c) Moral
d) Kebutuhan akan kejujuran dan keadilan
e) Bad Judgment
f) Kesalahan operasi, kompensasi eksekutif
g) Activist Shareholders
h) Shareholders etis, konsumen dan environmentalist
i) Economic
j) Kelemahan, tekanan utk bertahan
k) Competition
l) Tekanan global
m) Financial Malfeasance
n) Berbagai skandal akuntansi dan keuangan
o) Governance Failures
p) Pengakuan thd arti penting good governance dan isu-isu etika
q) Accountability
r) Kebutuhan akan transparansi
s) Synergy
t) Publikasi, perubahan-perubahan yang berhasil
u) Institutional Reinforcement
Hukum/UU
baru utk mereformasi praktik bisnis dan profesi
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dalam zaman keterbukaan
dan luasnya informasi saat ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar
dengan cepat dan luas. Memposisikan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan
masyarakat umum secara etis dan jujur adalah satu-satunya cara supaya dapat
bertahan di dalam dunia bisnis saat ini. Ketatnya persaingan bisnis menyebabkan
beberapa pelaku bisnisnya kurang memperhatikan etika dalam bisnis. Perilaku
etika bisnis mempengaruhi tingkat kepercayaan dari masing-masing elemen dalam
lingkaran bisnis. Pemasok, perusahaan, dan konsumen, adalah elemen yang saling
mempengaruhi. Masing-masing elemen tersebut harus menjaga etika, sehingga
kepercayaan yang menjadi prinsip kerja dapat terjaga dengan baik.
3.2
Saran
Di
dalam persaingan dunia bisnis yang sangat ketat ini, perilaku bisnis merupakan
sebuah harga mati, yang tidak dapat ditawar lagi. Jadi perlu adanya sadar diri didalam hati para
pegawai didalam perusahaan yang ingin menerapkan perilaku etika didalam bisnis
agar tidak adanya kecurangan atau kebohongan yang terjadi pada perusahaan itu
nantinya dan perlu diterapkannya sanksi atau hukuman yang berat apabila ada
salah satu pegawai yang melanggarnya, sehingga etika di dalam bisnis pun dapat
berjalan dengan baik dan lancar di perusahaan tersebut.